Waspada AI dari Sekarang

Posted by EKO APRI SETIADI On Senin, 18 Februari 2013 0 komentar

Waspada AI dari Sekarang

article-image
Suatu wabah penyakit tentunya mempunyai dampak terhadap beberapa sektor pembangunan seperti sektor ekonomi dan kesehatan masyarakat. Begitu juga dengan kasus AI yang telah terjadi dalam beberapa bulan yang lalu, dengan kejadian ini diperkirakan ada sekitar ratusan ribu itik telah mati akibat AI dan diperkirakan kerugian miliaran rupiah yang dialami oleh pengusaha itik nasional.

Hingga bulan Januari 2013, peternak masih mengeluhkan penurunan permintaan terhadap itik dan ayam kampung sebesar 40%. Flu burung yang menyerang sejumlah kawasan menjadi penyebab kondisi ini.  Kerugian akibat kematian ternak di daerah wabah diperkirakan mencapai Rp.17,5 miliar.
Kerugian secara ekonomi ini tidak hanya dilihat dari jumlah angka kematian itik akibat AI, pemusnahan terbatas yang dilakukan oleh peternak maupun pemerintah serta penurunan jumlah produksi daging dan telur. Prof. Charles juga menyatakan kerugian ekonomi akibat AI ini juga dilihat dari hilangnya kesempatan penjualan DOD, penjualan telur dan daging serta penjualan itik dara maupun afkir akan terganggu.
Pengaruh terhadap hewan unggas selain itik juga bisa terjadi, sehingga ancaman terhadap peternakan ayam seperti layer, broiler perlu diwaspadai. Menurut Prof. Charles bahwa Virus HPAI subclade 2.3.2. Mempunyai potensi untuk menular pada unggas lain, khususnya ayam. Dapat menimbulkan, lanjutnya, kematian yang tinggi pada ayam dan dapat mendukung timbulnya mutasi genetik, jika bergabung dengan virus HPAI subclade 2.1.3. yang sudah beredar dilingkungan peternakan ayam.
Hal senada juga dinyatakan oleh BBvet, bahwa virus ini biasa menyerang burung liar atau migrasi, virus yang mirip dengan isolat pada itik pernah ditemukan pada mesin pencabut bulu ayam di pasar Jawa Timur. Dampak bagi kesehatan masyarakat, BBvet melansir bahwa penularan ke manusia untuk clade 2.3 ini pernah terjadi dibeberapa negara, Bangladesh, China dan Hongkong.
Menurut Prof. Charles, virus clade 2.3 dengan subclude 2.3.2 mempunyai potensi untuk menular pada manusia. “Pada tahun 2009 sudah dilaporkan di China, Hongkong dan Banglades,” tegas Charles. Penularan, lanjutnya, tidak menular melalui rantai makanan, daging dan telur itik dapat dikonsumsi setelah dimasak, selama proses pengolahan untuk konsumsi haruslah bersih. “Sanitasi harus ditingkatkan selama proses pengolahan, daging dan telur harus berasal dari unggas yang sehat,” lansirnya.
C.A. Nidom, Ketua Avian Influeza-Zoonosis Research Center, Universitas Airlangga juga menyatakan hal senada, terinfeksinya itik oleh virus AI menjadi serius karena tiga hal yaitu itik sebagai ternak ekonomi, air sebagai alat penyebar utama dan virus AI 2.3.2 memliki potensi menular pada manusia. Telah ada bukti di China  (daerah Hubei & Guangxi) dan Bangladesh, virus 2.3.2 ini telah menginfeksi manusia meskipun dari tidak semasif virus 2.1. “Tidak ada yang tidak mungkin bagi virus ini, tatkala inang, lingkungan mengalami perubahan yang sangat drastis.” tambah Nidom.
Selengkapnya simak Majalah Poultry Indonesia edisi cetak Februari 2013. 


——————————
BLOG Peternak Layer Nusantara mempunyai harapan untuk menjadi Pintu Gerbang Informasi Bisnis Layer di Indonesia. Andapun dapat turut berbagi informasi sebagai kontributor di BLOG tersebut.
Bila Anda berkeinginan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman bisnis perunggasan, maka di sinilah tempatnya. Kirimkan artikel Anda melalui email posongfarm@gmail.com dan akan diposting di BLOG PETERNAK LAYER NUSANTARA. Jangan lupa follow @republikENDOG  di http://www.twitter.com untuk selalu terhubung bersama mengkampanye protein hewani untuk menuju Indonesia Emas 2020

0 komentar:

Posting Komentar