Usaha yang Masih Menjanjikan

Posted by EKO APRI SETIADI On Selasa, 21 Mei 2013 0 komentar


7. May, 2013 by Admin POULTRY Mei 2013
Potensi lokal ini memang tidak perlu
diragukan lagi, banyak pihak menilai bahwa
potensi ini sangat menjanjikan. Penilaian
terhadap peluang ini tidak hanya datang dari
pemerintah, tapi juga dari pelaku usaha hingga
akademisi.
Ditemui langsung oleh tim majalah
Poultry Indonesia dikediamannya, Drh. Setyono
Al Yoyok, Direktur Pakarvet Malang menyatakan
bahwa prospek budi daya peternakan dan
pemasaran ayam lokal sangat bagus. Bagusnya prospek ayam lokal disebabkan
oleh masih tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap telur dan
dagingnya. “Telur ayam lokal masih banyak dibutuhkan untuk minum jamu,”
katanya. Daging dan telur ayam lokal, lanjutnya, juga lebih digemari karena
rasanya lebih lezat.
Namun, kondisi kelangkaan produk telur dan daging dipasaran masih sering
terjadi. Menurut Yoyo, bila persediaan telur ayam lokal kurang, umumnya konsumen
larinya ke ayam lokal Arab. Sedangkan bila persediaan daging kurang, konsumen
banyak menggantinya dengan ayam pejantan. “Harapannya dengan tingginya
kebutuhan terhadap ayam lokal maka banyak intensifikasi dilapangan itu,”
jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Ir. Fauzi Luthan, menurutnya potensi
pengembangan masih terbuka lebar baik untuk telur maupun daging. Karena
suplainya untuk telur atau daging baru sekitar 10-15%. “Untuk itu kami mendorong
semua pihak terkait mulai dari pembibit sampai peternak budidaya untuk
berkembang dan meningkatkan skala usahanya,” ujarnya.
Untuk pasca panen atau pemasaran, lanjutnya, sebagian besar masih melalui
pedagang perantara. Peternak masih belum mampu melakukan kontrak pemasaran
dengan pasar modern ataupun rumah makan. Alasannya, belum mampu memenuhi
kontinuitas sesuai kontrak. Untuk peternakan pola intensif, permintaan pasar
terbesar merupakan pasar modern (45%), rumah makan (35%) dan pasar
tradisional (20%). Peluang usaha pengolahan untuk karkas ayam juga terbuka
terutama untuk pasar modern dan rumah makan. Apabila peternak mampu
mengolah hasil panennya maka akan ada nilai tambah sekitar 15% dibandingkan
menjual ayam hidup.
Ditempat terpisah, Prof Dr. Ir. Edjeng Suprijatna, M.P, Guru Besar Fakultas
Pertanian dan Peternakan Universitas Diponegoro Semarang mempunyai
pandangannya tersendiri terhadap kondisi perunggasan lokal Indnesia. Menurutnya,
saat ini tidak hanya masyarakat perdesaan yang piara ayam lokal, orang perkotaan
pun piara ayam lokal sebagaimana di mancanegara. Usaha ayam lokal sebenarnya
merupakan soko guru pembangunan peternakan Indonesia, karena ayam lokal
dominan di seluruh pelosok Indonesia,” ujarnya ketika ditemui tim Poultry
Indonesia.
Edjeng menunjukkan data bahwa pada tahun 2007-2008 ayam lokal
mengalami penurunan populasi berturut-turut sekira 272 juta ekor dan 243 juta
ekor, akibat adanya wabah Avian Influenza (AI) yang juga menyerang ayam ras.
Namun pada tahun-tahun berikutnya, 2010-2011 mengalami kenaikan, populasinya
berturut-turut 257 juta ekor dan 274 juta ekor seiring kemampuan menangani
penyakit AI dan pertumbuhan pembibitan ayam lokal.
Bahkan, pasar ayam lokal terus-menerus bertambah. “Konsumen tidak bisa
dibohongi, daging ayam lokal memiliki rasa yang special: kenyal dan gurih, tidak
tergantikan oleh ayam ras, bahkan oleh ayam layer pejantan sekalipun, “tegas pria
kelahiran Bandung ini. Sesuai hukum pasar, ada penawaran maka ada permintaan,
maka tumbuhlah pembibit-pembibit dengan mayoritas berskala rakyat, termasuk
usaha pembesaran.
Selalu kurang
Perkembangan industri ayam lokal ini juga diutarakan oleh Ir. Bambang
Krista, Citra Lestari Farm. Menurutnya, usaha pembibitan ayam lokal yang
dimulainya pada tahun 2009 mengalami perkembangan yang cukup pesat.
“Beberapa tahun lalu, belum banyak pelaku usaha peternakan ayam lokal,”
ucapnya. Namun, lanjutnya, perkembangan industri ayam lokal sejak 2010 hingga
saat ini memang sangat signifikan, terus ada perkembangan yang lebih baik. Saat
ini, paparnya, populasi Citra Lestari farm sekitar 20.000 ekor dengan total tenaga
kerja yang terserap sebanyak 25 orang.
Dari populasi dan sumber daya yang ada, perusahaan ini mampu
menghasilkan anak ayam umur sehari (DOC) sebanyak 300 box per minggu, sekitar
30.600 ekor. “Permintaan DOC cukup banyak, saat ini teman-teman peternak yang
memesan DOC juga harus inden,” tegasnya. Harapan kita, lanjutnya, perusahaan ini
akan terus meningkatkan angka produksi DOC hingga 500 box per minggu. “Dulu
kami pernah mencapai, produksi 400 box perminggu,” lansirnya.
Kemajuan usaha ini juga dirasakan oleh Ir. Budi Miharso, Trias Farm salah
satu perusahaan pembibitan ayam arab yang ada di Bogor, dimana saat ini bisnis
pembibitan DOC untuk ayam lokal masih bagus. Pasalnya, ada beberapa situasi
melakukan pembatasan order DOC dan permintaan DOC saat ini masih cukup
tinggi.
Dengan, lanjutnya, jumlah populasi indukan yang ada saat ini kami tidak
bisa penuhi permintaan peternak.”Pada bulan Mei ini DOC sudah terorder, sehingga
ada beberapa konsumen kita yang harus inden,” katanya. Total DOC, lansirnya,
panen dalam seminggu kurang lebih 9.000 ekor untuk betina dan 9.000 ekor
jantan. Dalam seminggu, DOC yang dihasilkan oleh Trias farm lebih kurang 18.000
BLOG Peternak Layer Nusantara mempunyai harapan untuk menjadi Pintu Gerbang Informasi Bisnis Layer di Indonesia. Andapun dapat turut berbagi informasi sebagai kontributor di BLOG tersebut. Bila Anda berkeinginan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman bisnis perunggasan, maka di sinilah tempatnya. Kirimkan artikel Anda melalui email posongfarm@gmail.com dan akan diposting di BLOG PETERNAK LAYER NUSANTARA. Jangan lupa follow @republikENDOG di http://www.twitter.com untuk selalu terhubung bersama
denga populasi indukan saat ini untuk komersil mencapai 15.000 ekor dan untuk
breedingnya 4.000 ekor.
Selengkapnya simak Majalah Poultry Indonesia edisi cetak Mei 2013

0 komentar:

Posting Komentar