PROLAPSUS

Posted by EKO APRI SETIADI On Rabu, 05 Juni 2013 0 komentar


Prolapsus adalah keluarnya saluran telur dari anus yang tidak segera tertarik masuk kembali. Hal ini terjadi karena tidak lancarnya pengeluaran telur, yang bisa disebabkan oleh adanya peradangan pada saluran telur atau melemahnya otot-otot saluran reproduksi. Apabila tidak segera diselamatkan, maka ayam di sampingnya akan mematuknya dan menyebabkan pendarahan dan infeksi, yang berakhir dengan kematian. Selain itu, apabila terinfeksi bakteri, prolapsus dapat mengakibatkan egg peritonitis (peradangan selaput rongga perut).

Gejala awal yang timbul adalah adanya lumuran darah pada kerabang telur. Hal ini mengindikasikan adanya pendarahan pada saluran reproduksi. Kasus ini banyak terjadi pada pullet muda yang dipaksa bertelur terlalu dini, atau stimulasi kedewasaan kelaminnya terlalu dini sebelum kedewasaan tubuhnya tercapai.

Penyebab Prolapsus

Prolapsus bukan disebabkan oleh suatu penyakit tertentu, dan bukan karena strain tertentu, tetapi merupakan kesalahan management, terutama pada periode growing dan pre-laying.

Faktor yang memicu terjadinya kejadian prolapsus adalah :
1. Photostimulasi (pemberian rangsangan cahaya untuk menstimulasi kedewasaan kelamin) yang terlalu dini.
Ayam yang mendapatkan penambahan cahaya sebelum organ reproduksinya benar-benar siap, cenderung mudah mengalami prolapsus, karena organ reproduksinya belum sempurna.
2. Ayam yang terlalu gemuk atau terlalu kurus.
Ayam yang terlalu gemuk, secara umum perototannya lebih lemah dan cenderung bertelur lebih besar. Lemak yang terlalu banyak disekitar organ reproduksi juga menghambat proses peneluran.
Ayam yang terlalu kurus (berdasarkan standar strain) biasanya mendapatkan perlakuan yang sama dalam satu kandang/flock, termasuk stimulasi cahaya dan perlakuan pakan. Akibatnya kelompok ayam ini cenderung dipaksa bertelur sebelum organ reproduksinya siap.
3. Ransum Pakan yang tidak seimbang.
Kalsium dalam tubuh, selain berfungsi untuk pembentukan tulang dan kerabang juga berfungsi dalam perkembangan perototan. Perkembangan perototan yang jelek akan berakibat pada proses penarikan kembali oviduct yang keluar pada saat peneluran. Semakin lama dan panjang saluran oviduct yang keluar, semakin besar kemungkinan dipatuk oleh ayam lain, dan dapat menimbulkan kerusakan yang permanen.Untuk itu perlu dievaluasi kandungan calcium yang dapat diserap oleh ayam, bukan hanya kandungan kalsium pakan secara kuantitatif.
4. Usia Reproduksi.
Prolaps cenderung lebih sering terjadi pada awal produksi, puncak produksi (HD) dan puncak egg mass, karena pada kondisi ini dituntut tingkat metabolism yang tinggi.
5. Telur Double Yolk.
Ukuran telur yang ekstra besar meregangkan dan melemahkan otot kloaka. Lemahnya otot kloaka akan memperlama oviduct untuk berada di luar tubuh.

Penanganan dan Pencegahan
Perubahan management, untuk menurunkan kejadian prolapsus perlu dilakukan secara hati-hati, karena berkaitan dengan factor lain yang mungkin kontra produktif. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
- Photostimulasi harus dilakukan pada saat ayam telah mencapai berat badan dan umur yang direkomendasikan oleh masing-masing strain.
- Diperlukan ransum pakan yang seimbang untuk mempertahankan produksi telur dan menjaga berat badan pada tingkat yang direkomendasikan.
- Intensitas cahaya di kandang, perlu diperhatikan. Pertimbangkan untuk mengurangi intensitas cahaya dengan mengganti lampu dengan daya yang lebih rendah.
- Jika tingkat double yolk cukup tinggi (4% atau lebih) batasi feed intake secara perlahan, 5-10%, dibawah kemampuan makannya.
- Isolasikan ayam yang berperilaku kanibal, dari kelompoknya.
- Pertimbangkan untuk menggunakan lampu warna merah dengan daya yang rendah, agar ayam tidak bisa membedakan warna darah.
- Ayam yang telah mengalami prolapsus dan dipatok oleh ayam yang lain, dipisahkan dari kelompoknya. Beri antiseptic pada daerah yang terluka, kemudian dengan menggunakan jari tangan, secara perlahan-lahan dorong saluran oviduct yang keluar agar kembali ke posisinya.

Oleh : Prasetyanto Kusumo R (Praktisi Peternakan)

0 komentar:

Posting Komentar