Dunia Bersiap Hadapi Strain Baru H7N9

Posted by EKO APRI SETIADI On Jumat, 05 Juli 2013 0 komentar

Dunia Bersiap Hadapi Strain Baru H7N9

article-image
Para pejabat di seluruh Asia dan dunia menerapkan langkah-langkah untuk melindungi penduduk dari strain baru flu burung – H7N9 – yang sampai berita ini diturunkan (17/4) telah menyebabkan kematian 14 orang dari 71 kasus yang dikonfirmasi di Cina.
Ini merupakan infeksi dan kematian manusia pertama yang tercatat dari strain virus ini. Negara-negara tetangga Cina telah mengantisipasi dengan meningkatkan kapabilitas rumah sakit dan pengawasan penyakit, memperkuat kontrol wilayah perbatasan, mengeluarkan peringatan akan larangan impor unggas ilegal, serta lebih memperketat pengujian barang-barang impor.
Sebuah tim internasional yang terdiri dari para ahli penyakit flu juga bertolak ke Cina pada akhir minggu ketiga April lalu untuk membantu investigasi virus H7N9 yang mematikan ini, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejauh ini belum ditemukan penyebaran dari manusia ke manusia. “Kami masih mencoba menggali informasi tentang reservoir virus ini. Dari yang kami ketahui saat ini, pasar unggas merupakan fokus perhatian, namun misi pencari fakta akan mengamati lebih jauh,” ujar juru bicara WHO Glenn Thomas. Misi ini akan melibatkan para ahli dari Amerika, Eropa, Australia dan Cina.
Dalam pernyataan sebelumnya, WHO mengatakan lebih dari 1000 orang yang melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi H7N9 tengah dimonitor secara ketat akan gejala-gejala yang muncul.
Sebuah badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) lain, yakni Food and Agriculture Organization (FAO) juga tengah bekerjasama dengan Beijing. “Kami bekerja dengan otoritas Cina untuk mengembangkan analisa rantai pasar (market chain) untuk melacak sumber infeksi hingga ke peternakan-peternakan dan mengidentifikasi peternakan yang terinfeksi,” ujar juru bicara FAO, Silvano Sofia.
WHO dan FAO memuji langkah otoritas Cina untuk meningkatkan pengawasan penyakit dan mengadakan uji retrospektif pada orang yang menderita penyakit pernapasan tanpa diketahui asal muasalnya. Cina juga dipuji karena menginformasikan perkembangan virus kepada publik dan mengijinkan ilmuwan untuk meneliti.
“Hal ini memungkinkan komunitas ilmuwan melakukan analisis lebih jauh dan mempersiapkan diagnosis dan produksi vaksin untuk manusia. Sementara itu masyarakat harus terus waspada untuk mencegah penularan infeksi pernafasan dan menghindari kontak langsung dengan unggas yang sakit atau mati,” tambah Sofia.
Hingga pertengahan April (17/4) lalu, sektor perunggasan Cina telah mencatat kerugian lebih dari 10 milyar Yuan ($1,6 milyar)sejak dilaporkannya strain baru ini pada akhir Maret lalu, demikian menurut National Poultry Industry Association seperti dilaporkan Reuters.
Otoritas Cina telah memusnahkan ribuan unggas dan menutup pasar unggas hidup di Shanghai dan Beijing. Hingga saat ini, sebagian besar kasus terjadi di bagian timur Cina dan telah mengakibatkan anjloknya konsumsi hingga setengah, menurut Liu Yonghao, presiden New Hope Group, produsen pakan terbesar di Cina, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.
Harga ayam juga jatuh menyusul merosotnya permintaan. Harga ayam kualitas tinggi turun dari 16 yuan per kilogram menjadi hanya 4 yuan, ujar Liang Zhong dari asosiasi perunggasan. “Harga ayam yang jatuh akan menyebabkan kerugian pada breeder,” ujar Liu. Terdapat lebih dari 100 juta peternak yang akan turut menanggung kerugian


  ——————————
BLOG Layer Nusantara mempunyai harapan untuk menjadi Pintu Gerbang Informasi Bisnis Layer di Indonesia. Andapun dapat turut berbagi informasi sebagai kontributor di BLOG tersebut.
Bila Anda berkeinginan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman bisnis perunggasan, maka di sinilah tempatnya. Kirimkan artikel Anda melalui email posongfarm@gmail.com dan akan diposting di BLOG PETERNAK LAYER NUSANTARA. Jangan lupa follow @republikENDOG  di http://www.twitter.com untuk selalu terhubung bersama mengkampanye protein hewani untuk menuju Indonesia Emas 2020

0 komentar:

Posting Komentar