Memahami Penyebab Pucatnya Warna Kerabang Telur Ayam

Selera konsumen dalam membeli telur salah satunya tidak lepas dari pemilihan warna kerabang telur.
Konsumen telur di
Asia Tenggara, khususnya di Indonesia lebih menyukai telur dengan
kerabang berwarna coklat dan selera tersebut berbeda dengan
negara-negara di Benua Amerika yang cenderung menyukai kerabang telur
berwarna putih. Pemilihan warna kerabang telur tak lepas kaitannya
dengan perilaku dan kebiasaan para konsumen. Padahal dari sisi kualitas
telur, tidak ada perbedaan antara telur berkerabang putih dan coklat
baik dari sisi rasa maupun kandungan nutriennya.
Secara genetik, ayam petelur yang ada di Indonesia sebagian besar tergolong brown egg-laying hens
atau ayam petelur yang memproduksi kerabang telur coklat sedangkan
strain ayam petelur yang dibudidayakan antara lain dari Isa Brown,
Lohmann Brown Hisex Brown dan sebagainya. Walaupun peternak memelihara ayam petelur bertipe brown-egg namun warna kerabang telur ayam sangatlah bervariasi mulai dari coklat tua, coklat muda, coklat pucat
dan putih. Untuk memenuhi selera konsumen, beberapa peternak biasanya
melakukan grading telur berdasarkan warna kerabang telur. Metode grading
tersebut sebenarnya tidak mewakili kualitas telur sesungguhnya namun
lebih pada daya tarik penjualan telur oleh konsumen.
Dengan adanya metode grading, telur ayam yang memiliki warna kerabang pucat,
secara ekonomis harganya lebih rendah dibandingkan dengan telur
berkerabang coklat tua atau coklat muda. Telur yang memiliki kerabang
telur coklat dijual langsung ke pasar atau supermarket sedangkan telur
berkerabang pucat biasanya dijual ke produsen makanan sebagai bahan baku pembuatan kue atau roti. Konsumen enggan untuk memilih telur berwarna pucat
karena di benak mereka masih muncul persepsi bahwa telur berkerabang
coklat adalah telur yang kualitasnya baik bila dibandingkan dengan telur
yang memiliki warna kerabang pucat. Padahal produksi telur yang berkerabang pucat tidak dapat dipastikan setiap harinya dimana 5 – 10 % telur berkerabang pucat dari total produksi harian masih dianggap normal oleh peternak. Namun dalam kondisi tertentu, telur berkerabang pucat dapat meningkat jumlahnya hingga 30 – 40 %.
——————————
BLOG Layer Nusantara mempunyai harapan untuk menjadi Pintu Gerbang Informasi Bisnis Layer di Indonesia. Andapun dapat turut berbagi informasi sebagai kontributor di BLOG tersebut.
Bila Anda berkeinginan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman bisnis perunggasan, maka di sinilah tempatnya. Kirimkan artikel Anda melalui email posongfarm@gmail.com dan akan diposting di BLOG PETERNAK LAYER NUSANTARA. Jangan lupa follow @republikENDOG di http://www.twitter.com untuk selalu terhubung bersama mengkampanye protein hewani untuk menuju Indonesia Emas 2020
——————————
BLOG Layer Nusantara mempunyai harapan untuk menjadi Pintu Gerbang Informasi Bisnis Layer di Indonesia. Andapun dapat turut berbagi informasi sebagai kontributor di BLOG tersebut.
Bila Anda berkeinginan untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman bisnis perunggasan, maka di sinilah tempatnya. Kirimkan artikel Anda melalui email posongfarm@gmail.com dan akan diposting di BLOG PETERNAK LAYER NUSANTARA. Jangan lupa follow @republikENDOG di http://www.twitter.com untuk selalu terhubung bersama mengkampanye protein hewani untuk menuju Indonesia Emas 2020
0 komentar:
Posting Komentar